, Indonesia
3558 views
Logo from Barito Renewables.

Barito Wind Energy mengakuisisi mayoritas saham di PT UPC Sidrap Bayu Energi

Perusahaan ini akan memegang saham sebesar 99,99% di perusahaan tersebut.

PT Barito Wind Energy, dari Indonesia, telah mengakuisisi 99,99% saham di PT UPC Sidrap Bayu Energi yang telah mengoperasikan total 75 megawatt tenaga angin.

Dalam sebuah pernyataan, Barito Wind, anak perusahaan dari PT Barito Renewables Energy, mengatakan bahwa mereka membeli saham tersebut dari UPC Renewables Asia Pacific Holdings Pte. Ltd., ACEN Renewables International Pte. Ltd., UPC Renewables Asia III Limited, Sidrap (HK) Limited, dan Sunedison Sidrap B.V.

Akuisisi tersebut termasuk PT UPC Operation and Maintenance Indonesia yang merupakan komponen vital dari aktivitas operasional Sidrap.

ALSO READ: ACEN Australia inks PPA with SmartestEnergy for New England Solar

"Strategi ini tidak hanya menambahkan aset energi angin terkemuka ke dalam portofolio kami, tetapi juga memperkuat dedikasi kami untuk memimpin solusi energi terbarukan demi masa depan yang lebih hijau," kata CEO Barito Renewables, Hendra Tan.

Akuisisi ini, senilai $102,2 juta, dan didukung oleh PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk.

Barito Wind juga menyelesaikan akuisisi tiga aset pengembangan energi angin tahap akhir di Sulawesi Selatan (Sidrap 2), Sukabumi, dan Lombok dengan kapasitas total 320 megawatt.

Perusahaan ini memiliki saham sebesar 51% dari tiga proyek tersebut dengan ACEN Investments HK Limited memegang 49% sisanya.

KS Orka memperluas kapasitasnya melewati 200 MW lewat proyek Sorik Marapi

Ini menjadi tonggak penting bagi salah satu proyek listrik bersih terbesar di Indonesia.

CPI kembangkan biomassa bambu ke proyek hybrid yang lebih besar

Warga lokal menggerakkan inisiatif energi terbarukan berbasis komunitas di Indonesia.

Bagaimana Jepang dapat menghidupkan kembali komitmennya pada energi terbarukan

Negara tersebut menghadapi tantangan dari sisi sistem maupun regulasi.

Kawasan Asia-Pasifik perlu selaraskan rencana energi dan pusat data

Akses terhadap energi terbarukan menjadi kunci bagi perluasan pasar.

APAC memimpin pertumbuhan energi nuklir

Ketegangan geopolitik dan harga bahan bakar fosil mendorong upaya diversifikasi.

Peralihan China dari batu bara ke hidrogen terhambat oleh biaya tinggi dan keterbatasan infrastruktur.

Hidrogen hijau membutuhkan pasokan energi terbarukan yang besar dan penyimpanan yang mahal.

Jaringan listrik lemah Vietnam menghambat kebijakan pembelian listrik yang langsung

Infrastruktur energi yang buruk menghambat integrasi kapasitas baru dari proyek energi terbarukan (EBT).

Penutupan pembangkit listrik batu bara baru di ASEAN pada 2040 mungkin tercapai

Penambahan pembangkit batu bara baru dan retrofit pembangkit yang ada menjadi risiko lebih besar dalam transisi.

ADB menyetujui pinjaman senilai $500 juta untuk mendukung transisi energi Indonesia

Ini bertujuan membangun kerangka kebijakan yang kokoh dalam mendukung peralihan menuju energi bersih.

Avaada meningkatkan beban energi terbarukan untuk penuhi permintaan pusat data India

Perusahaan menargetkan kapasitas energi terbarukan sebesar 30 gigawatt pada 2030.