Saldo kas perusahaan batu bara dapat mendanai transisi hijau Indonesia
Saldo kas gabungan berjumlah $6,8 miliar pada kuartal pertama.
Saldo kas gabungan dari delapan perusahaan batu bara di Indonesia, sebesar $6,8 miliar, dapat mempercepat transisi energi bersih, menurut sebuah laporan.
Menurut Institute of Energy Economics and Analysis (IEEFA), saldo kas perusahaan juga dapat membantu membayar utang finansial.
Laporan tersebut menganalisis kinerja keuangan ABM Investama, Adaro Energy, Bayan Resources, Geo Energy Resources, Harum Energy, Indika Energy, ITMG, dan PTBA.
"Jika ada resolusi konflik, ditambah dengan komitmen UE untuk mendekarbonisasi, harga batu bara kemungkinan akan kembali normal dari level saat ini dalam jangka panjang," kata Ghee Peh, Energy Finance Analyst, IEEFA.
“Perusahaan batu bara tidak boleh melewatkan kesempatan saat ini untuk melakukan diversifikasi dari batu bara sebelum biaya transisi menjadi lebih tinggi.”
Read more: India RE open access capacity climbs by 1.9GW in 2022: report
Menurut Peh, perusahaan batu bara di dalam negeri diuntungkan dari lonjakan harga batu bara yang tumbuh menjadi US$92 per ton pada kuartal pertama. Harga ini mencerminkan pertumbuhan 29% dibandingkan dengan harga rata-rata yang terlihat pada 2021.
Indonesia akan terus diuntungkan dari harga batu bara yang tinggi karena negara-negara yang mengimpor, seperti Jepang, Korea, dan Taiwan, ingin menghapus impor batu bara Rusia pada paruh kedua tahun ini.
“Rute pelayaran ke Asia Utara akan menjadi lebih panjang dari Australia dan Indonesia, dibandingkan dengan Rusia,” kata Peh menambahkan.
“Selain itu, India yang membeli lebih banyak batu bara dari Rusia akan mengalami penundaan rute pelayaran karena Indonesia lebih dekat.”