, APAC
396 view s
Source: Pexels

Proyek Angin Offshore di Asia terhalang oleh regulasi

Ini mungkin menjadi tantangan bagi Asia untuk menggeser Eropa sebagai pasar angin offshore terbesar.

Dengan meroketnya harga batu bara dan gas, pasar lebih baik membangun energi terbarukan yang lebih murah. Angin offshore khususnya memiliki potensi pertumbuhan yang kuat di Asia, tetapi industri ini dapat mengalami hambatan ketika pemerintah masih  dalam proses menentukan kebijakan yang tepat.

Dalam Laporan Angin Offshore Global 2022 dari Global Wind Energy Council (GWEC) memproyeksikan tambahan 315 gigawatt (GW) kapasitas baru antara 2022 dan 2031, sehingga totalnya menjadi 370GW.

GWEC memperkirakan bahwa Asia akan mencapai sekitar 53% dari total instalasi 146GW pada 2026, menyalip Eropa sebesar 39%. Eropa diperkirakan akan menyusul pada awal dekade berikutnya mencapai 46% dari perkiraan kapasitas 370 GW, sementara Asia sedikit tertinggal di 45%.

“Sumber energi terbarukan ini baru benar-benar menjadi pasar yang matang selama lima atau 10 tahun. Angin offshore mungkin matang di Eropa barat laut, tetapi di sebagian besar belahan dunia lainnya, itu masih sangat baru,” kata Mark Hutchinson, Chair, Southeast Asia, Task Force, Global Wind Energy Council, kepada Asian Power.

“Kalau dipikir-pikir, semua negara yang menerapkan angin offshore ini belum pernah melakukannya. Ini adalah kurva belajar yang curam.”

GWEC adalah asosiasi perdagangan yang bekerja dengan sektor swasta dan pemerintah di seluruh dunia, menyatukan mereka untuk berbagi wawasan tentang transisi energi bersih.

Asia diharapkan menjadi pasar angin offshore terbesar pada 2022. Ceritakan lebih banyak tentang hal ini dan potensinya untuk menggantikan Eropa.

Eropa secara historis menjadi pendorong pertumbuhan angin offshore, tetapi sekarang pendorongnya adalah Asia, sebagian besar dari Cina. Pasar Taiwan semakin kuat dalam urutan operasi komersial skala besar diikuti Jepang, Korea, dan kemudian beberapa kombinasi dari Australia, Filipina, Vietnam, dan India.

Hal ini didorong oleh tren global dalam investasi nol bersih dan ESG. Asia berfungsi sebagai rantai pasokan untuk sebagian besar bagian dunia lainnya. Ketika memiliki perusahaan besar yang berkomitmen pada ESG, atau bergabung dengan RE 100, maka akan muncul pasokan. Mereka melihat kebutuhan untuk benar-benar fokus pada energi terbarukan dan dengan perang Rusia-Ukraina, saat ini ada tambahan peningkatan penekanan pada keamanan energi.

Sekarang lonjakan harga batu bara dan gas yang terjadi hampir di mana-mana, membuat energi terbarukan saat ini menjadi lebih murah. Sekarang lebih murah untuk membangun proyek angin atau proyek surya baru daripada hanya menjalankan proyek batu bara yang ada di negara-negara seperti Vietnam, Taiwan, atau Filipina karena mereka semua mengimpor batu bara.

Apakah ada hambatan yang dapat menahan pertumbuhan angin offshore di kawasan ini?

Banyak negara memiliki struktur peraturan dalam menangani  minyak dan gas offshore, seperti Australia, atau Vietnam. Mereka sedang mengembangkan sistem regulasi baru. Sering kali ada hambatan dalam mencoba dalam mencari tahu soal ini. Mereka tidak tahu di mana, atau kementerian mana yang bertanggung jawab dan untuk apa? Tidak dapat dihindari bahwa akan ada beberapa hambatan kebijakan dan peraturan ketika berurusan dengan sesuatu yang sangat baru. Di sinilah letak kesulitannya karena banyak perdana menteri dan presiden di seluruh kawasan telah membuat beberapa komitmen yang cukup berani. Ketika berada di satu atau dua tingkat di bawahnya, di situlah benar-benar mulai adanya tantangan implementasi.

Dengan cara apa sektor publik dan sektor swasta dapat membantu dalam mengembangkan angin offshore?

Sebagai asosiasi perdagangan, kami bekerja dengan pemerintah, dengan anggota kami yang merupakan produsen turbin besar seperti GE, Vestas, Siemens Gamesa, produsen Cina seperti Mingyang, atau Goldwind, dan pengembang, seperti Orsted, Mainstream Renewables, Corio, dan lainnya. Kami juga memiliki berbagai gugus tugas dan kelompok kerja di mana kami bekerja sama dengan pemerintah di kawasan tersebut. Kami memiliki, misalnya, kelompok kerja offshore Vietnam dan Korea.

Kelompok kerja ini menyusun white paper dan berbagi praktik terbaik dan studi kasus dari pengalaman internasional. Kami terkadang mengadakan study tour. Kami melakukan banyak workshop, terkadang workshop tertutup. Kami juga sering memiliki delegasi di mana kami membawa perusahaan anggota kami untuk bertemu dengan lembaga pemerintah, dan sekali lagi, berbagi praktik terbaik dan memberikan contoh tentang apa yang terjadi di seluruh dunia.

Saya pikir poin kuncinya adalah menjaga agar pemerintah dan industri berbicara, berbagi, dan membangun kepercayaan. Sebagian besar pekerjaan saya adalah dari pertemuan ke pertemuan, workshop ke workshop, dan benar-benar membangun kepercayaan dengan pemerintah. Ketika ada pertanyaan, atau ketika mereka memiliki sesuatu yang tidak mereka mengerti, mereka menghubungi kami dan kami memberikan informasi atau mengarahkan mereka 'inilah yang dilakukan Irlandia,' atau, 'inilah yang dilakukan Jerman,' 'inilah California lakukan.' Kami melakukan ini agar mereka dapat melihat contoh dan mendapatkan ide tentang apa yang mungkin berhasil dan apa yang tidak, karena setiap negara hanya sedikit berbeda. Tidak bisa hanya mengambil satu struktur peraturan atau solusi dan menerapkannya.

Pasar apa lagi yang akan memimpin pertumbuhan angin offshore di Asia? Apa yang akan menjadi pendorong pertumbuhan di pasar ini?

Secara umum urutan dari sisi ukuran angin offhsore dan kecepatan pelaksanaannya, yaitu  Cina, Taiwan, Jepang, dan Korea. Begitu juga Vietnam, Filipina, India, dan Australia, meski tidak berada dalam urutan itu, namun akan meningkat pada paruh kedua dekade ini.

Penggerak utama untuk semuanya pada umumnya sama, yaitu pergerakan menuju energi terbarukan, pergerakan menuju nol bersih, dan peningkatan fokus pada ketahanan energi. Mengingat volatilitas di pasar komoditas, ini murni adalah persoalan ekonomi. Karena lebih murah untuk membangun proyek angin atau surya baru di Vietnam daripada membayar batu bara di pembangkit listrik yang ada di Vietnam. Hal yang sama berlaku untuk Taiwan atau Filipina yang semakin bergerak ke keputusan ekonomi daripada nol bersih atau keputusan netral karbon.

Apa pandangan Anda untuk 2023?

Angin offshore memiliki tahun terbaiknya pada 2021 karena insentif di Cina yang akan berakhir pada akhir tahun. Pada 2021, 90% dari instalasi offshore baru sebesar 17,8 GW di Asia yang berasal dari Cina. Pada 2022, instalasi offshore baru di kawasan  tersebut diproyeksikan sebesar 5,9 GW, jadi itu penurunan yang besar. Tapi kami mengharapkan pertumbuhan yang signifikan ke depan, kami tidak berharap untuk melihat hal yang sama terjadi pada 2021 hingga sekitar 2025.

Kami sangat positif tentang masa depan matahari, angin onshore, dan angin offshore. Dunia bergerak dengan cara ini. Latar belakang saya di sektor listrik umum, jadi saya telah membiayai proyek-proyek batu bara, dan saya telah mengerjakan proyek-proyek gas, tetapi dunia sedang berubah. Jika industri di daerah tidak bergerak lebih cepat dalam implementasinya, maka akan merugikan daerah vis-a-vis daerah lain. Perpindahan ke energi terbarukan tidak dapat dihindari karena alasan ekonomi, keamanan energi, dan nol bersih. Kami melihat masa depan yang cerah dan kami bekerja keras dengan berbagai pemerintah untuk menghilangkan hambatan penerapan energi terbarukan.

Jaringan listrik lemah Vietnam menghambat kebijakan pembelian listrik yang langsung

Infrastruktur energi yang buruk menghambat integrasi kapasitas baru dari proyek energi terbarukan (EBT).

Penutupan pembangkit listrik batu bara baru di ASEAN pada 2040 mungkin tercapai

Penambahan pembangkit batu bara baru dan retrofit pembangkit yang ada menjadi risiko lebih besar dalam transisi.

ADB menyetujui pinjaman senilai $500 juta untuk mendukung transisi energi Indonesia

Ini bertujuan membangun kerangka kebijakan yang kokoh dalam mendukung peralihan menuju energi bersih.

Avaada meningkatkan beban energi terbarukan untuk penuhi permintaan pusat data India

Perusahaan menargetkan kapasitas energi terbarukan sebesar 30 gigawatt pada 2030.

Asia-Pasifik mungkin tidak mencapai target energi terbarukan

Negara-negara di kawasan itu harus menarik investasi untuk memajukan tujuan energi bersih mereka.

Laba bersih Adaro turun 12% menjadi $880 juta di Semester 1

Pendapatan turun 15% menjadi $2,97 miliar pada periode tersebut.

ACEN dan Barito Renewables bermitra untuk mempercepat energi angin di Indonesia

Kemitraan ini akan dijalankan oleh anak perusahaan mereka.

Malaysia diminta mengintegrasikan jaringan listrik untuk mempercepat pertumbuhan tenaga surya

Pembatasan penetrasi tenaga surya ke jaringan pada 24% dari permintaan puncak dapat menghambat ekspansi.