Kekuatan biomassa di Asia Tenggara terhambat oleh teknologi
Kawasan ini membutuhkan teknologi yang sudah terbukti serta telah diadopsi oleh industri besar.
“Ada banyak teknologi baru dari Eropa dan AS yang masuk ke Asia Tenggara. Namun, apa yang dibutuhkan Asia Tenggara adalah teknologi yang sudah terbukti serta telah diadopsi oleh industri besar,” kata Managing Director Asia Green Capital, Edgare Kerkwijk, saat Clean Energy Expo yang diadakan di Suntec Singapore.
Dia menjelaskan lebih lanjut bahwa perbedaannya adalah di AS dan Eropa, perusahaan mendapatkan insentif untuk menggunakan teknologi yang lebih baru, namun di Asia Tenggara, tidak seperti itu kasusnya.
Masalah lain yang diangkat selama konferensi adalah masalah yang berkaitan dengan kontrol politik.
“Salah satu masalah di Asia adalah kontrol politik yang melekat. Ini (pasar biomassa) adalah aset yang sangat penting sehingga dikontrol dengan ketat,” kata Director Stratcon Singapore, Steve Peters.
"Jika Anda berurusan dengan sesuatu yang menjadi kepentingan nasional, karena biomassa adalah aset nasional, Anda menemukan terdapat banyak fokus kepada hal tersebut dan negara-negara pun sangat serius dalam menghadapinya," kata Peters.
Saat ini, salah satu masalah terbesar di industri ini adalah masalah logistik. “Kami tahu biomassa itu ada, dan kami tahu cara memprosesnya. Masalahnya adalah, bagaimana kita bisa melakukannya? Tidak ada sumber daya yang cukup untuk melakukannya,” kata Managing Director AUM Business Creations, Per Dahlen.