, APAC

John Yeap dari Pinsent Mason berbicara tentang bagaimana sektor energi beradaptasi dengan krisis saat ini

Dia adalah salah satu juri di Asian Power Awards tahun ini.

John Yeap saat ini memiliki peran kepemimpinan dalam perubahan iklim dan agenda transisi energi Pinsent Mason di seluruh Asia, yang mencakup tidak hanya fokus pada energi terbarukan tetapi juga masalah transisi energi yang lebih luas seperti pembiayaan hijau, lingkungan, sosial, dan tata kelola atau Environmental, Social, Governance (ESG), dan dekarbonisasi.

Dengan lebih dari tiga dekade berkarir di sektor energi, dia telah melihat industri energi di Asia berkembang melalui berbagai siklus ekonomi dan teknologi dan senang melihat kawasan ini merangkul transisi energi dengan cara yang sebelumnya tidak terlihat.

Setelah menjadi bagian dari industri energi intensif karbon di Asia melalui pertumbuhan ekonomi yang cepat di tahun 90-an, aspirasinya hari ini adalah untuk mendukung ekonomi yang sama dalam transisi energi dan agenda dekarbonisasi mereka.

John adalah salah satu juri dalam Asian Power Awards tahun ini. Kami duduk dan berbincang bersama ketika dia berbicara tentang tantangan dalam menciptakan proyek, terutama selama krisis, dan bagaimana sektor energi mengubah cara operasinya karena adanya pandemi.

Sektor tertentu mana yang menjadi fokus utama Anda? Apa yang paling Anda sukai tentang menjadi penasihat keuangan proyek, transaksi perusahaan, dan peraturan yang melibatkan energi, listrik, energi terbarukan, air, dan proyek infrastruktur lainnya?

Setelah menghabiskan bagian terbaik dari tiga dekade terakhir mendukung pengembangan pembangkit listrik tenaga batu bara dan gas di seluruh wilayah, memiliki kesempatan untuk bekerja pada transisi energi di negara-negara yang sama terasa sangat menyenangkan sekarang.  Oleh karena itu, area fokus utama saya saat ini adalah dalam mengimplementasikan proyek energi terbarukan serta dekarbonisasi yang lebih luas dan kegiatan perubahan iklim.

Yang paling menggairahkan saya adalah kepuasan melihat proyek-proyek krusial yang sangat kompleks dan padat modal dapat dibiayai dan dibangun. Sebagai infrastruktur penting, mata pencaharian, kualitas hidup, dan kemajuan ekonomi, semuanya bergantung pada pengiriman proyek infrastruktur tersebut. Saat ini, masalah-masalah ini sama pentingnya dengan sebelumnya, dengan ancaman perubahan iklim memanifestasikan dirinya sedemikian kritis dan berdampak.

Apa tantangan dalam menciptakan proyek yang melibatkan energi, daya, dan energi terbarukan? Apakah yang paling bermanfaat?

Proyek ini adalah proyek yang kompleks. Memastikan semua pemangku kepentingan — mulai dari sektor publik, investor utang dan ekuitas, hingga masyarakat lokal — semuanya dapat mengatasi masalah dan prioritas mereka yang mana sering melibatkan sejumlah besar negosiasi seputar risiko dan tanggung jawab bersama. Mampu membawa semua orang melewati batasnya demi win-win solution untuk semua pihak merupakan hal yang paling bermanfaat.  Sekali lagi, dampak manusia dan sosial dari investasi semacam itu dilihat hari ini dalam konteks tidak hanya konsekuensi lingkungan dan sosial yang langsung, tetapi implikasi jangka panjang dari penghentian dan pembalikan perubahan iklim. Hal ini adalah masalah yang menantang untuk ditangani, tetapi sangat bermanfaat ketika dilakukan dengan benar.

Apa pandangan Anda tentang perusahaan sektor energi yang menerapkan inisiatif ESG? Seberapa jauh mereka harus membuat perubahan demi mengadaptasi inisiatif ini dalam manajemen dan operasi mereka?

ESG sekarang sangat mengakar di negara maju, meskipun di sini di Asia kita masih tertinggal dalam hal implementasi hukum dan penegakan yang luas. Perusahaan-perusahaan energi secara alami adalah penggerak pertama di bidang ini, mengingat sifat bisnis mereka dan banyak kemajuan telah dibuat dalam mengenali kebutuhan seluruh planet untuk dekarbonisasi.  Agenda nol-bersih akan terus mendorong agenda dekarbonisasi perusahaan karena kita semua menyadari tanggung jawab yang kita semua miliki untuk mengatasi tantangan perubahan iklim dan keberlanjutan.

Bagaimana pandemi mengubah cara perusahaan sektor energi beroperasi? Apakah ada tren utama yang Anda lihat akan mendominasi di tahun-tahun mendatang?

Pandemi telah mempercepat inovasi di sekeliling cara kita menjalankan bisnis, baik secara eksternal dengan pemasok dan pihak ketiga lainnya, dan secara internal dalam hal masalah seperti menangani kebutuhan dan kekhawatiran karyawan dan pemangku kepentingan lainnya. Banyak dari tren ini kemungkinan akan berlanjut pasca-pandemi di berbagai bidang, seperti cara kerja fleksibel dan metode komunikasi internal dan eksternal.  Tetapi pandemi pun mengedepankan perlunya kemajuan besar yang harus dibuat di bidang-bidang seperti energi terbarukan yang besar, penyimpanan energi, penangkapan karbon, dan hidrogen hijau. Masalah-masalah ini akan mendominasi agenda energi di tahun-tahun mendatang.

Bagaimana sektor energi terbarukan dan tidak terbarukan diadaptasi selama pandemi? Apakah ada perubahan penting yang layak disebutkan?

Pandemi telah menyoroti kemungkinan memajukan inisiatif kritis iklim seperti dekarbonisasi meskipun ada tantangan untuk bepergian dan berkomunikasi langsung dengan para pemangku kepentingan yang relevan. Sebagian besar sektor energi terbarukan dengan investasi domestik dan rantai pasokan lokal telah berhasil melaju. Akan tetapi, proyek yang lebih besar dan lebih kompleks dirasa lebih menantang mengingat adanya pembatasan dan keterbatasan kunjungan ke lokasi dan interaksi fisik dengan rekanan.

Follow the link for more news on

PT Jawa Satu Power mulai mengoperasikan pembangkit listrik tenaga LNG sebesar 1.760 MW di Indonesia

Pembangkit ini dapat memproduksi listrik untuk 4,3 juta rumah tangga.

Barito Wind Energy mengakuisisi mayoritas saham di PT UPC Sidrap Bayu Energi

Perusahaan ini akan memegang saham sebesar 99,99% di perusahaan tersebut.

Grup NEFIN bekerja ekstra keras dalam mengejar proyek-proyeknya

CEO Glenn Lim menjelaskan bagaimana keterlambatan berubah menjadi hal baik karena perusahaan bertujuan mencapai kapasitas 667 MW pada 2026.

Summit Power International menyediakan dukungan LNG yang vital untuk Bangladesh

Tanpa pasokan listrik cross-border, LNG diperlukan oleh negara yang menghadapi kendala geografis untuk menerapkan sumber energi terbarukan.

JERA, mitra unit PT PLN untuk pengembangan rantai nilai LNG

MOU juga mencakup studi kemungkinan konversi ke hidrogen, rantai nilai amonia.

VOX POP: Bagaimana teknologi vehicle-to-grid dapat meningkatkan transisi energi?

Teknologi vehicle-to-grid (V2G) dipandang sebagai inovasi revolusioner menuju ketahanan jaringan listrik dan peningkatan transisi energi yang kokoh.

IDCTA: Partisipasi global dapat meningkatkan penjualan kredit karbon Indonesia

Pasar karbon Indonesia yang baru dibuka memiliki sebanyak 71,95% kredit karbon yang belum terjual pada akhir 2023.

Bagaimana Asia Tenggara dapat mencapai potensi biogasnya

Kawasan ini hanya memiliki sekitar satu gigawatt kapasitas dengan Thailand, Indonesia, dan Malaysia memimpin dalam hal produksi.