Indonesia dan GH2 menandatangani kesepakatan untuk mempercepat adopsi hidrogen hijau
Kesepakatan ini mencakup empat bidang utama kolaborasi.
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Indonesia dan Green Hydrogen Organization (GH2) telah menandatangani perjanjian untuk mempercepat implementasi strategi hidrogen nasional Indonesia.
Nota kesepahaman tersebut ditandatangani oleh kedua pihak, yang menguraikan empat bidang utama kolaborasi: kebijakan dan regulasi, perluasan pasar dan investasi, mekanisme pembiayaan, serta kerja sama regional.
Secara khusus dalam hal kerja sama regional, kedua entitas bekerja sama di bawah Aliansi Hidrogen Hijau Asia Pasifik. Ini adalah inisiatif bersama antara GH2 dan Breakthrough Energy fokus pada promosi kebijakan dan pengamanan pembiayaan untuk hidrogen terbarukan dan benar-benar rendah karbon di Australia, Indonesia, Singapura, Korea Selatan, dan Jepang.
Kemitraan ini juga bertujuan untuk memperkuat kolaborasi antara ESDM dan GH2 dalam mempromosikan keamanan energi dan transisi berkelanjutan melalui produksi dan pemanfaatan hidrogen hijau dan rendah karbon di kawasan Asia Pasifik.
GH2 akan membantu Kementerian ESDM dan para pemangku kepentingan di Indonesia dalam mengimplementasikan strategi dan peta jalan hidrogen nasional dengan memberikan panduan, mendukung pengembangan standar, menyelenggarakan inisiatif pengembangan kapasitas, serta berbagi praktik terbaik global terkait kebijakan, peraturan, dan insentif fiskal untuk sektor energi terbarukan dan hidrogen rendah karbon.
Menurut CEO GH2 Jonas Moberg, keunggulan strategis kawasan Asia Pasifik dalam memproduksi hidrogen hijau secara kompetitif akan memungkinkan dekarbonisasi industri-industri yang sulit dialiri listrik dan meningkatkan keamanan serta kemandirian energi. Dia menyatakan hidrogen hijau akan segera menjadi lebih kompetitif secara biaya dibandingkan hidrogen abu-abu jika negara-negara dengan biaya energi terbarukan yang menguntungkan dapat dengan cepat memanfaatkan penurunan harga elektroliser.