Akankah pinjaman sebesar $ 400 juta oleh Myanmar dari World Bank cukup untuk peningkatan energinya?
Tingkat elektrifikasi saat ini hanya 30%.
Ketika ekonomi Myanmar mulai membuka diri terhadap perdagangan global, negara itu diperkirakan akan tumbuh rata-rata sebanyak 7% per tahun antara 2016 dan 2024. Ekonomi yang tumbuh pesat ini akan memiliki permintaan yang meningkat secara sepadan untuk mendapatkan daya energi karena tingkat elektrifikasi yang sangat rendah dapat menghambat pembangunan berkelanjutan negara tersebut.
Menurut Georgina Hayden, senior commodities analyst di BMI Research, sektor listrik di Myanmar telah mendapatkan sejumlah besar minat investor selama beberapa tahun terakhir. "Ada lebih dari 17,5 gigawatt (GW) proyek listrik dan energi terbarukan di berbagai tahap pengembangan dan kami terus melihat perusahaan menargetkan pasar untuk investasi," kata Hayden. Dia menjelaskan lebih lanjut bahwa perusahaan-perusahaan asing ternama besar yang menunjukkan minat kepada mereka yaitu perusahaan energi, air dan kelompok laut yang berbasis di Singapura, Sembcorp Industries, perusahaan Jepang, Marubeni Corporation dan perusahaan Thailand, Global Power Synergy.
Negara ini memiliki cadangan energi yang melimpah terutama dalam tenaga air dan gas alam, dan sebenarnya merupakan pengekspor listrik bersih. Menurut GlobalData Senior Power Analyst, Siddhartha Raina, negara ini hanya dapat mengekspor energi karena tingkat konsumsi domestiknya yang sangat rendah.
Data terbaru menunjukkan bahwa tingkat elektrifikasi negara hanya sekitar 30%, sesuatu yang sangat rendah jika dibandingkan dengan tetangganya seperti Filipina (87,5%), Indonesia (96%) atau Vietnam (99%). Salah satu tantangan terbesar untuk meningkatkan angka ini adalah jaringan transmisi dan distribusinya yang buruk (Jaringan T&D) yang menyebabkan kerugian sistem / transmisi yang sangat besar sekitar 27% dari output.
Kementerian Tenaga Listrik negara itu telah merilis National Electrification Plan, yang bertujuan untuk meningkatkan tingkat elektrifikasi hingga 100% pada 2030. Lembaga-lembaga besar seperti World Bank telah berkomitmen untuk membiayai usaha ini, dengan World Bank menyetujui fasilitas kredit bebas bunga USD400 juta untuk sektor listrik negara. Untuk mewujudkan rencana negara untuk meningkatkan kapasitas pembangkit dan mengangkat dirinya dari statusnya yang saat ini memiliki konsumsi listrik per kapita terendah, Myanmar perlu membuat kemajuan yang signifikan dalam T&D .
Pemerintah Myanmar telah mengakui transmisi dan distribusi sebagai bidang utama peningkatan untuk mendukung pembangunan negara dan telah berkomitmen untuk menyalurkan banyak pembiayaan khusus ke dalam pengembangan infrastruktur jaringan. Daerah pedesaan akan menjadi fokus utamanya dalam peningkatan jaringan. Mengingat bahwa National Electrification Plan berupaya menciptakan 1,7 juta pengguna baru per tahun, dengan sebagian besar pengguna baru ini ditemukan di luar kota.
Pemerintah juga mengeksplorasi sumber daya terbarukan off-grid untuk memasok daerah terpencil dan terisolasi karena biaya pengembangan jaringan di daerah-daerah tersebut mungkin terlampau besar. Selain perbaikan fisik yang harus dilakukan, negara ini juga memiliki beberapa perubahan struktural dan berbasis kebijakan yang harus dilakukan. Pemerintah masih kekurangan kerangka kerja kelembagaan dan kebijakan hukum yang transparan untuk memfasilitasi eksplorasi dan pengembangan sumber daya listrik.
Negara ini pun harus mengatasi kurangnya kerangka kerja kebijakan untuk memperbanyak energi terbarukan, meskipun tujuannya untuk sumber 15-20% dari pasokan energinya dengan energi terbarukan pada 2020, juga tidak membuat indikasi rencana untuk menyediakan feed-in tariff. Terlepas dari rintangan ini, sektor listrik negara telah membangkitkanminat investor, yang menunjukkan bahwa mungkin ada keuntungan besar bagi aliran investasi langsung yang potensial jika hal ini ditangani.