Seberapa keras Cina harus berupaya mendapatkan "kepercayaan negara tetangga" terkait Super Grid Asia?
Menjauhkan Cina dari persamaan dan dari rencana besarnya untuk menghubungkan sektor listrik Asia bisa sangat susah.
Jika memang benar Cina sedang menyiapkan kejutan besar lainnya untuk industri listrik, maka apa yang Anda saksikan adalah yang Anda dapatkan. Hal tersebut terjadi pada akhir Maret ketika State Grid Corporation dari Cina, utilitas utama Korea dan penyedia daya yaitu KEPCO, pengembang energi terbarukan besar Jepang yaitu Softbank, dan operator jaringan Rusia PJSC bernama ROSSETI menandatangani nota kesepahaman tentang Asian Super Grid.
Penandatanganan ini secara resmi mengunci dukungan dan minat mereka dalam membangun jaringan besar yang saling terhubung di seluruh Asia. Mereka akan bermitra satu sama lain untuk menerapkan studi kelayakan grid di wilayah Asia Timur Laut dan rencana untuk jaringan super.
Chairman State Grid Corporation, Liu Zhenya, yang juga merupakan chairman Global Energy Interconnection Development and Cooperation Organization (GEIDCO). Chairman and CEO untuk Softbank, Masayoshi Son, yang baru-baru ini bergabung dengan GEIDCO sebagai vice-chair, juga merupakan founder Japan Renewable Energy Foundation.
Menurut juru bicara SoftBank, Kenichi Yuasa, Asia Super Grid (ASG) direkomendasikan oleh CEO Son untuk mempromosikan penggunaan banyak sumber daya energi terbarukan yang diproduksi di Asia dan berbagi listrik dari energi terbarukan ke negara lain. Salah satu penerima manfaat akan mencakup proyek tenaga angin SBG di Mongolia. Hal ini akan mempromosikan pengenalan daya energi terbarukan di bagian lain di Asia.
“Global Energy Interconnection (GEI), yang direkomendasikan oleh chairman SGCC, Liu Zhenya, secara fundamental memiliki konsep yang sama, tetapi ruang lingkupnya tidak hanya di Asia, tetapi di seluruh dunia. Jadi ASG akan menjadi realisasi pertama dari konsep GEI,” kata Yuasa.
Tujuan dari Super Grid di Asia Timur Laut
Menurut Dr Kyu-won Jeong, project strategy & planning Office KEPCO, Supergrid adalah jaringan listrik yang sangat maju, yang mengoperasikan berbagai sumber energi seperti aliran tenaga listrik, energi terbarukan baru secara sintetis dan jaringan listrik area luas yang dibangun untuk pertukaran daya besar .
“Wilayah Asia Timur Laut menempati sekitar 20% populasi dunia, wilayah, PDB, perdagangan, dan muncul sebagai pasar global terbaik dunia dikarenakan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan dan akan dianggap sebagai pemimpin global. Jaringan listrik kawasan Asia Timur Laut memiliki frekuensi, ukuran sistem, dan posisi yang berbeda tentang membangun supergrid Asia Timur Laut di antara negara-negara, tetapi jika supergrid Asia Timur Laut direalisasikan, medan tenaga listrik akan membawa peluang untuk dilakukan pengembangan. Dalam tulisan ini, situasi pembangunan supergrid Asia Timur Laut, masalah teknis dan metode promosi penelitian akan dijelaskan,” tambah Dr Jeong.
Super Grid juga bertujuan untuk mendapatkan listrik terbarukan di daerah dengan kondisi sumber daya yang sangat baik dan membawanya ke pasar, kata Dr. Christian Breyer, Professor for Solar Economy, Lappeenranta University of Technology. “Tetapi terlepas dari hal ini, Super Grid juga bertujuan untuk menyeimbangkan kebutuhan energi di berbagai wilayah dan dalam tahun ini karena variasi musiman."
Lauri Mylyvirta, senior energy campaigner Greenpeace International, lebih lanjut menjelaskan bahwa ide dasarnya adalah menghubungkan sumber daya energi terbarukan yang sangat baik dari Gurun Gobi dan kemungkinan lokasi yang berpenduduk jarang lainnya ke pusat permintaan di seluruh Asia. "Koneksi jaringan jarak jauh, jika diterapkan dengan benar, dapat membuat energi terbarukan 100% menjadi kenyataan bagi wilayah ini dengan biaya lebih rendah dan integrasi yang lebih mudah," katanya.
Dr Breyer juga menambahkan bahwa high voltage alternating current (HVAC) yang ada akan di tingkatkan oleh high voltage direct current (HVDC), yang sudah banyak digunakan di Cina. “Grid HVDC akan berkembang menjadi semacam jaringan overlay dan menghubungkan semua pusat utama pasokan energi terbarukan dan permintaan listrik dari Mongolia ke Jepang, melalui Cina dan Korea. Akan tetapi, penelitian kami menunjukkan bahwa masih sekitar 80% dari keseluruhan permintaan listrik akan dihasilkan dan dikonsumsi secara lokal dalam beberapa ratus kilometer, hanya sisanya yang dapat ditransmisikan untuk jarak yang lebih jauh."
Yuasa dari Softbank juga menjelaskan bahwa tujuan utama ASG adalah untuk memasok listrik yang dihasilkan oleh sumber energi terbarukan seperti di Mongolia tetapi dengan stabilitas yang lebih besar dan biaya yang lebih sedikit.
Tujuan keduanya adalah untuk memecahkan atau mengecilkan masalah ketidakstabilan pasokan energi terbarukan melalui interkoneksi di antara daratan-daratan besar Asia. “Ini berarti kita dapat memiliki listrik hari demi hari jika jaringan terhubung. Promosi daya energi terbarukan di Asia akan secara efektif membantu menyelesaikan masalah pemanasan global dan, sampai batas tertentu, untuk masalah lingkungan lainnya,” katanya.
Peran Cina dalam pembangunan
Myllyvirta mengatakan bahwa Cina adalah investor terbesar di dunia dalam transmisi daya UHV jarak jauh. Sayangnya, dalam proyek-proyek UHV Cina, terlalu banyak prioritas diberikan kepada pembangkit listrik tenaga batu bara yang kotor. Ada hambatan pasar dan kelembagaan utama untuk penggunaan efektif kapasitas terbarukan yang terpasang di Cina, dengan tingkat pengurangan yang meningkat baru-baru ini. “Menyelesaikan ini akan menjadi kunci bagi Cina untuk memainkan peran konstruktif dalam mengembangkan jaringan dan mengambil manfaat darinya. Pertama-tama, kita perlu melihat Cina menyelesaikan kelebihan kapasitas tenaga batu bara yang meningkat dan masalah pembatasan, dan mulai menggunakan jaringan UHV nasionalnya untuk integrasi efektif pembangkit listrik terbarukan di seluruh negeri,” jelasnya.
Cina dan State Grid Corp dari Cina merupakan kekuatan pengendalinya, kata Dr Breyer. “Seluruh pendekatan tidak akan masuk akal tanpa Cina sebagai peran utamanya. Tampaknya ada gerakan luar biasa, yang dipimpin oleh State Grid Corp dari Cina menuju sistem energi yang didominasi oleh listrik terbarukan, terutama photovoltaic surya dan energi angin, yang perlu ditransmisikan dengan menggunakan jaringan listrik. Momentumnya tinggi dan selanjutnya dapat meningkatkan instalasi kapasitas tahunan dalam photovoltaic surya dan tenaga angin."
Dedikasi Cina untuk energi bersih
Baru-baru ini, pemerintah pusat Cina secara resmi mengumumkan kebijakan penangguhan persetujuan baru di 13 provinsi dan pembangunan baru di 15 provinsi.
"Cina akhirnya mulai menekan peningkatan penggunaan tenaga batubara-nya yang tidak terkendali," kata Myllyvirta. “Meskipun demikian, langkah-langkah sejauh ini masih jauh dari upaya menghentikan pembangunan kelebihan kapasitas dalam pembangkit listrik tenaga batu bara, apalagi mulai menguranginya."
Cina telah membuat langkah besar dalam mengerahkan energi terbarukan, dengan semua permintaan listrik baru dipenuhi dari sumber non-fosil dalam beberapa tahun terakhir dan di masa mendatang. Tetapi, Myllyvirta mengatakan ada dua hal penting yang perlu diperhatikan sehubungan dengan Super Grid: Cina akan memiliki kelebihan kapasitas yang sangat besar dalam tenaga batu bara untuk waktu yang lama, karena kebijakan yang baru diumumkan, sifatnya radikal seperti yang terlihat, bahkan tidak akan cukup untuk menghentikan pertumbuhan kelebihan kapasitas.
“Kedua, proyek UHV Cina sendiri saat ini sedang dibentuk untuk mengirim tenaga batu bara dari pusat industri batu bara di barat ke pusat-pusat permintaan di timur. Hal ini berarti Cina perlu membuat komitmen yang jelas dan tegas untuk merancang Super Grid di sekitar sumber terbarukan untuk memastikan itu tidak digunakan untuk mengekspor energi yang berpolusi dan membuang kelebihan kapasitas di negara-negara tetangga,” kenangnya.
Sudah diketahui bahwa biaya sosial batubara sangatlah tinggi, tambah Dr Breyer, terutama karena logam berat menyebabkan polusi udara besar-besaran mengubah wilayah Cina yang besar menjadi tempat beracun dan masalah perubahan iklim. “Jelas bahwa solusi berkelanjutan dengan biaya paling rendah didapatkan pada photovoltaic surya dan energi angin. Batubara tidak lagi kompetitif sama sekali, khususnya dengan mempertimbangkan biaya sosial secara penuh,” katanya.
Masa depan industri di Super Grid Asia Timur Laut
Mylyvirta percaya bahwa generator listrik tenaga batu bara dan operator jaringan Cina masih memiliki jalan panjang untuk mengoperasikan pasar listrik modern di mana sumber-sumber terbarukan berbiaya rendah diberikan prioritas penuh dan pembangkit listrik tenaga batu bara-nya menyesuaikan.
Tantangan utama mungkin bukan di bidang teknis atau ekonomi, tetapi di bidang kebijakan. Dr Breyer memperingatkan bahwa Cina perlu menjadi mitra yang sangat ramah dan dapat dipercaya bagi negara-negara tetangga, jika tidak mereka tidak akan menerima memiliki ketergantungan pada pasokan listrik (terbarukan) Cina. “Kepercayaan ini perlu disediakan oleh Cina. Di Cina, hal tersebut hanya perlu dibangun,” tambahnya.
Jeong dari KEPCO juga menulis bahwa ada banyak proyek untuk membangun interkoneksi sistem tenaga di seluruh dunia. Wilayah Asia Timur Laut memiliki kondisi yang cukup untuk membuat SuperGrid. Tidak ada masalah teknis. “Tetapi ada banyak kendala seperti masalah ideologi politik dan latar belakang sejarah, dll. Namun ada lebih banyak keuntungan untuk membuat interkoneksi melalui masalah ini. Perlu mengikuti prosedur bertahap dan membangun dewan organisasi antara negara-negara yang menghadiri kelompok ahli tentang teknik, ekonomi, kebijakan dan perdagangan listrik melalui dukungan seluruh negara dan kerja sama yang erat untuk mewujudkan SuperGrid di Asia Timur Laut,” jelasnya.