Laporan IRENA: Biaya energi terbarukan saat ini semakin efektif bagi Indonesia
Penghematan biaya energi diperkirakan bernilai US$400 miliar-600 miliar hingga 2050.
Berdasarkan laporan International Renewable Energy (IRENA), peluang investasi dalam teknologi energi terbarukan diperkirakan mencapai US$332 miliar dan US$80 miliar dalam infrastruktur jaringan pada 2030.
Dalam jangka panjang, nilai tersebut dapat mencapai hingga US$2,42 miliar dalam investasi kumulatif hingga 2050 untuk sistem energi yang mencakup pembangkit, efisiensi, dan infrastruktur pendukung.
“Permintaan energi Indonesia yang meningkat memberi negara ini kesempatan untuk memanfaatkan potensi energi terbarukan yang sangat besar dan maju dalam mengejar pertumbuhan ekonomi rendah karbon yang adil dan berkelanjutan,” kata Direktur Jenderal IRENA, Francesco La Camera.
“Outlook kami menunjukkan bahwa Indonesia dapat menetapkan dirinya pada jalur menuju emisi nol bersih dengan biaya lebih rendah daripada alternatifnya, asalkan pemerintah menerapkan langkah-langkah seperti yang direkomendasikan dalam Outlook, dan mendapat dukungan internasional yang dibutuhkan.”
Read more: IRENA, industry leaders establish Alliance for Industry Decarbonisation
Permintaan listrik di negara ini diproyeksikan tumbuh setidaknya lima kali lipat menjadi lebih banyak dari 1.700 terawatt-jam pada 2050.
Meskipun investasi yang signifikan diperlukan untuk memenuhi permintaan ini, IRENA mencatat bahwa biaya pengembangan energi terbarukan masih lebih rendah dibandingkan dengan bahan bakar fosil.
Laporan tersebut menemukan penghematan biaya energi antara US$400 miliar-US$600 miliar secara kumulatif hingga 2050, dengan tambahan penghematan biaya eksternal sebesar US$600 miliar dari polusi udara yang lebih rendah.