Rencana transisi energi Indonesia menghadapi rintangan implementasi
Indonesia dan mitra internasionalnya sepakat untuk memobilisasi pembiayaan sebesar US$20 miliar.
Just Energy Transition Plan (JETP) yang disepakati oleh Indonesia dan mitra internasionalnya kemungkinan akan menghadapi risiko implementasi, lapor Fitch Ratings.
Meskipun demikian, lembaga pemeringkat mencatat bahwa dampak JETP terhadap emiten di Indonesia akan rendah.
"Pengaruhnya sebagian besar akan berada di luar cakupan peringkat tiga hingga empat tahun kami, tetapi pengaruhnya terhadap sektor energi bisa lebih besar selama periode lima hingga 10 tahun," kata Fitch Ratings dalam sebuah laporan.
JETP berupaya meningkatkan pangsa energi terbarukan dalam pembangkit listrik Indonesia menjadi 34% pada 2030. Ini naik dari rencana awal pemerintah untuk meningkatkannya menjadi 25% pada 2025 dan menjadi 31% pada 2050.
Rencana tersebut juga mencakup pensiun dini pembangkit listrik tenaga batu bara. Fitch menambahkan pemerintah Indonesia dan mitranya sepakat untuk memobilisasi sekitar US$20 miliar untuk membiayai rencana tersebut. Dari jumlah tersebut, setidaknya setengahnya akan berasal dari sektor swasta.
"Skala ambisius JETP menunjukkan risiko dalam meningkatkan pendanaan yang dijanjikan. Mungkin juga ada penundaan di sisi implementasi," kata Fitch Ratings.