Vietnam hadapi ancaman besar, ditengah lonjakan permintaan energi yang tak terbendung
Walau ekspansinya agresif, tetapi hambatan pada sisi permintaan tetap ada.
Vietnam siap untuk secara signifikan mengubah bauran pembangkit listriknya selama dua dekade kedepan karena modernisasi ekonomi agraria negara tersebut menjadikan mereka negara yang lebih maju. Menurut EIA, untuk mengakomodasi ekspansi industri yang lebih besar dan untuk mendukung tujuan keamanan energi, Vietnam secara signifikan meningkatkan total kapasitas pembangkit listriknya. "Sebagai bagian dari ekspansi kapasitasnya, Vietnam berencana untuk menambah kapasitas berbahan bakar batubara yang substansial dan juga berencana untuk membangun reaktor nuklir pertama di Asia Tenggara serta pembangkit listrik tenaga angin lepas pantai pertama di Asia," jelas EIA.
Meskipun demikian, menurut ADB dalam laporan penilaiannya baru-baru ini, untuk memenuhi permintaan yang meningkat pesat, Vietnam akan menghadapi tantangan berikut: mengatasi perubahan cepat dalam struktur pasokan energi; memaksimalkan penggunaan sumber daya energi domestik secara efisien dan menurunkan impor, mengadopsi teknologi baru; mengurangi dampak lingkungan dan mencapai target yang ditetapkan dalam pembangunan hijau berkelanjutan; meningkatkan efisiensi energi; memperkuat kapasitas kelembagaan; diversifikasi pasokan energi, termasuk energi terbarukan; dan meningkatkan harga energi ke tingkat yang dapat diterima secara sosial dan lingkungan untuk menutupi biaya secara penuh.
BMI mengatakan bahwa ketergantungan yang meningkat pada pembangkit listrik tenaga batu bara ini sejalan dengan Power Development Programme milik Vietnam, yang membayangkan bagian batubara dalam bauran listrik meningkat menjadi sekitar 60% pada tahun 2030 (direvisi pada bulan April 2015). Namun, pengumuman pada Januari 2016 bahwa pemerintah akan meninjau pengembangan semua pembangkit batubara baru yang bertentangan dengan Power Development Programme dan mengirimkan pesan beragam mengenai agenda energi masa depan Vietnam.
Selain itu, pemerintah akan meningkatkan fokusnya untuk pergeseran bauran energi ke sumber yang lebih bersih, terutama gas dan energi terbarukan, dalam upaya untuk mengurangi emisi. Retorika ini tidak diragukan lagi dikatalisis oleh kesepakatan global yang dicapai pada konferensi COP21 PBB pada Desember 2015